Jumat, 20 Juli 2012

Rabu, 11 Juli 2012

Taman Nasional Gunung Merapi

Matahari bersinar cerah dengan suhu udara yang tergolong dingin, kali ini saya melakukan kunjungan ke TN. Gunung Merapi. Merupakan salah satu gunung yang paling aktif di Indonesia maupun di dunia. Gunung merapi terletak di Jawa Tengah sekitar 25 km dari pusat kota Yogyakarta, dengan waktu tempuh hingga kantor Taman Nasional Gunung Merapi sekitar 1 jam. Di sini rombongan kami diterima langsung oleh Kepala TN. Gunung Merapi dan di berikan materi singkat seputar kawasan tersebut. 
TN. Gunung Merapi saat ini

Perjalanan kami dilanjutkan menuju Lokasi TN. Gunung Merapi, tiba di sana kami langsung ditawari kendaraan untuk menjelajahi TN.Gunung Merapi dengan menggunakan motor Rp.50.000/jam sedangkan mobil Rp. 250.000/jam. Karena rombongan kami sebagian besar menyukai tantangan motor menjadi pilihan kami. Jika anda menyukai offroad tempat ini bisa menjadi pilihan yang tepat.


 Selain itu beberapa kegiatan wisata yang bisa dilakukan disini ialah tracking, camping dan bird watching, namun akibat erupsi Gunung Merapi Tahun 2010 beberapa kegiatan tidak lagi dapat dilakukan. Menurut catatan Balai TN. Gunung Merapi diperkirakan mengakibatkan kerusakan total pada kawasan TNGM seluas kurang lebih 3000 hektar akibat awan panas dan seluruh kawasan TNGM tertutup abu vulkanik, tentunya kerusakan kawasan ini disertai kepunahan ekosistem yang ada di dalamnya terutama ekosistem pada kawasan yang terkena awan panas. Kerjasama dari berbagai pihak sangat diperlukan agar Merapi bisa hijau kembali.
#lets save merapi



Sabtu, 07 Juli 2012

Candi Borobudur

Kali ini saya melakukan perjalanan ke Yogyakarta, salah satu tempat yang saya kunjungi ialah Candi Borobudur. Jika ingin berkunjung Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis Candi ini dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu sebelah timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah utara dan bukit Manoreh di sebelah Selatan, serta terletak di dekat dua aliran sungai, yaitu sungai Progo dan Elo. Candi Borobudur dibangun sekitar abad VIII - IX M pada zaman Dinasti Syailendra.
Kunjungan ke Borobudur kali ini tergolong spesial karena sebelum memasuki areal candi kami terlebih dahulu mendapatkan presentasi tentang Candi Borobudur dari Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. Dari presentasi ini saya baru mengetahui bahwa Candi Borobudur yang megah itu tidak sepenuhnya tersusun atas batuan melainkan didirikan di atas sebuah bukit. Candi ini berupa tumpukan batu yang diletakkan di atas gundukan tanah sebagai intinya, sehingga bukan merupakan tumpukan batuan yang masif.
Gambar Penampang Borobudur Temple





Candi Borobudur secara teknis terdiri dari tiga bagian utama yakni kaki, badan dan kepala candi. Menurut kosmologis Buddhis, Candi Borobudur dibagi menjadi tiga tingkat yaitu Kamadhatu, Rupahatu dan Arupadhatu. 
Kamadhatu adalah tingkat terendah dari tingkatan kosmologi Buddha (simbol dunia hasrat). Kamadhatu pada candi Borobudur adalah bagian kakinya. Kaki candi Borobudur yang kita lihat sekarang ini bukanlah kaki aslinya pada saat dibangun pertama kali. penambahan selasar dan undag dilakukan ketika struktur Candi Borobudur diasumsikan akan runtuh sebelum pembangunannya selesai.
Rupadhatu merupakan tingkatan kedua dari tingkatan kosmologis Buddhis yang mewakili dunia antara. Tingkatan ini adalah simbol unsur tak berwujud yang mengambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi, akan tetapi masih terikat dengan dunia nyata. 
Arupadhatu merupakan simbol dari unsur tak berwujud dan sebagai tanda dari tingkatan yang telah meninggalkan nafsu duniawi. Merupakan gambaran dunia tanpa rupa dan bentuk, lambang kesempurnaan abadi. Setiap tingkat tersebut terbagi lagi atas beberapa bagian, semoga bisa saya jelaskan dikemudian hari.
Candi Borobudur telah dua kali melakukan pemugaran, pemugaran pertama dilakukan oleh Th. Van Erp (1907-1911), dan pemugaran kedua dilakukan lagi Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan UNESCO (1973-1983).
Satu hal yang dapat saya simpulkan orang-orang yang hidup pada jaman pembangunan Candi Borobudur pasti memiliki postur tubuh yang tinggi, dapat dilihat dari tangga yang dibuat jauh dari ukuran normal. Saat memasuki candi berapa kali saya bertemu dengan para pekerja yang sedang melakukan renovasi pada lantai candi, ternyata candi borobudur ini memiliki konstruksi lantai yang tersusun atas 2 lapisan, lapisan pertama merupakan batuan yang tersusun rapat (lantai yang kita pijak), lapisan kedua berupa batuan yang tersusun jarang (sebagai tempat saluran air hujan). Air hujan yang masuk pada lapisan kedua kemudian dialirkan melalui pipa pembuangan, menurut para pekerja pipa ini telah ada sejak pemugaran yang kedua. Konstruksi lantai ini menunjang candi dapat berdiri dengan kokoh hingga sekarang. 

Photo by Bang Marco Watimena
 See you next post about Candi Borobudur..